MAKASSAR, SULAWESI SELATAN (Kabar PROFESIANA.co.id) — Alhamdulillah, semarak dan semangat memakai batik di kalangan masyarakat Indonesia terus-menerus tidak pernah luntur. Bahkan, warga negara asing, terutama mereka yang bekerja di Indonesia, sudah terbiasa memakai busana batik pada acara formal dan nonformal.
Kapan batik ada di Indonesia? Sumber id.wikipedia.org mengungkapkan bahwa sejarah batik Indonesia terkait dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Selanjutnya, pengembangan batik banyak dilakukan pada zaman Kesultanan Mataram, zaman Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Yogyakarta.
Kegiatan batik tertua berasal dari Raja yang masih bernama Wengker sebelum abad ke-7, Kerajaan di Jawa Tengah belajar batik dari Ponorogo. Di kerajaan Majapahit, bangsawan Wengker menempati keraton ri Wengker dekat istana Wilwatikta Majapahit sehingga pengaruh batik Wengker dikembangkan pula oleh kerajaan. Pada masa kerajaan Majapahit, batik hanya digunakan oleh kerajaan dan bangsawan sebagai simbol status sosial.
Teknik batik telah diketahui lebih dari 1000 tahun, kemungkinan berasal dari Mesir Kuno atau Sumeria. Teknik batik meluas di beberapa negara di Afrika Barat, seperti Nigeria, Kamerun, dan Mali, serta di Asia, seperti India, Sri Langka, Bangladesh, Iran, Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Pada abad ke-19, seni batik meluas ke kalangan masyarakat umum dan telah menjadi bagian tidak terpisahkan budaya Indonesia. Kota Solo dan Yogyakarta menjadi sentra pengembangan batik di Jawa.
Hingga awal abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis. Batik cap, baru dikenal setelah Perang Dunia I berakhir atau sekitar tahun 1920. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia pada zaman dahulu.
Bahan pewarna yang dipakai ketika membatik terdiri dari tumbuh-tumbuhan asal Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, soga, nila. Bahan sodanya dibuat dari soda abu, sedangkan garamnya dibuat dari tanah lumpur.
K.R.T Jardjonagoro atau Go Tik Swan adalah seorang seniman dan budayawan Tionghoa-Jawa yang berperan besar dalam mengembangkan seni batik klasik dan modern. Atas saran Presiden Soekarno, Go Tik Swan menciptakan “Batik Indonesia” dan mengembangkan motif khas, seperti sidoluhur dan sidomukti dengan ornamen bunga dan dedaunan. Ia mendirikan Sekolah Batik Pajang di Solo pada tahun 1960 untuk mengajarkan teknik dan falsafah batik kepada generasi muda.
Seni batik menyebar ke berbagai penjuru dunia. Para pedagang Belanda turut berjasa dalam memperkenalkan batik ke luar negeri dengan membawa keindahan dan kerumitan seni batik sehingga menarik perhatian dunia.
Sejarah Hari Batik Nasional bermula pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menetapkan tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Hari Batik Nasional dalam Keppres No.33 tahun 2009 tanggal 17 November 2009.
Penetapan ini bermula saat pemerintah Indonesia mendaftarkan batik sebagai intangible culture heritage (ICH) yang kemudian diterima secara resmi oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Benda Lisan dan Nonbendawi pada sidang keempat Komite Antar-Pemerintah di Abu Dhabi tanggal 2 Oktober 2009.
Perkembangan batik di Indonesia sangat pesat, baik dari segi corak maupun ragam. Bahkan, di beberapa daerah sudah mengadopsi dan mengadaptasi batik dengan ciri kelokalan, seperti Batik Simbuk (Banten), Batik Gentungan (Madura), Batik Tanah Liek (Minangkabau), Batik Ulamsari Mas (Bali), Batik Paqbarre Allo (Sulawesi Selatan), dan Batik Tubo (Ternate). (Ans/Why)